Sahabat Kastrat, bergantung pada Minyak dan BBM dari Negara-
Negara tetangga sudah menjadi langganan RI. Arab sampai Malaysia menjadi Negara
pengekspor bagi Indonesia. Dengan kata lain. Indonesia adalah Negara pengimpor
terbesar.
Wow….Padahal jika dilihat dari kekayaan Alamnya, Indonesia mampu bersaing dengan Negara- Negara pengekspor tersebut. Bahkan tak ada yang menandingi kekayaan alam yang dimiliki RI (seharusnya)…. Kita ambil contoh Singapura. Singapura tak memiliki sumber daya alam termasuk minyak bumi. Tapi Kenapa Singapura mampu menjadi Negara pengekspor bagi Indonesia dan Indonesia sebagai Negara pengimpor? Dalam detikFinance dikatakan bahwa Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengaku malu akan hal itu. Setiap hari, Indonesia harus mengimpor 900.000 barel minyak mentah dan BBM dari berbagai negara termasuk Singapura. Impor BBM dan minyak untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri per hari yang mencapai 1,4 juta barel. "Malu kita, masak kita bergantung dengan Singapura, dimana dia sendiri tidak punya. Itu tidak logis," kata MS Hidayat di Pabrik Baru Sharp di Karawang, Rabu (12/2/2014). Bagaimana dengan pemimpin kita yach (hehehe,,,malu juga nggak tuch).
Wow….Padahal jika dilihat dari kekayaan Alamnya, Indonesia mampu bersaing dengan Negara- Negara pengekspor tersebut. Bahkan tak ada yang menandingi kekayaan alam yang dimiliki RI (seharusnya)…. Kita ambil contoh Singapura. Singapura tak memiliki sumber daya alam termasuk minyak bumi. Tapi Kenapa Singapura mampu menjadi Negara pengekspor bagi Indonesia dan Indonesia sebagai Negara pengimpor? Dalam detikFinance dikatakan bahwa Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengaku malu akan hal itu. Setiap hari, Indonesia harus mengimpor 900.000 barel minyak mentah dan BBM dari berbagai negara termasuk Singapura. Impor BBM dan minyak untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri per hari yang mencapai 1,4 juta barel. "Malu kita, masak kita bergantung dengan Singapura, dimana dia sendiri tidak punya. Itu tidak logis," kata MS Hidayat di Pabrik Baru Sharp di Karawang, Rabu (12/2/2014). Bagaimana dengan pemimpin kita yach (hehehe,,,malu juga nggak tuch).
Menurut Hidayat, masih bergantungnya Indonesia terhadap impor
BBM dan minyak dari Singapura karena Indonesia terlambat dalam melakukan pembangunan
kilang minyak atau refinery. "Itu akibat kita terlambat mensikapi pembangunan
refinery," katanya. Ia menjelaskan untuk membangun satu refinery memerlukan
investasi yang sangat mahal yaitu mencapai US$ 9 miliar atau sekitar Rp 90
triliun untuk kapasitas 300.000 barel per hari. "Refinery itu investasi
yang sangat besar," ucap Hidayat.
Wah sobat,,,, Ide yang bagus juga tuch,,,tapi masalahnya
sekarang untuk membangun kilang minyak bukannya butuh dana????. Nah Menteri
Keuangan kita Chatib Basri mengatakan biaya pembangunan kilang minyak sangat
mahal dan harus dibangun di sebuah kompleks industri khusus. Pemerintah tidak
punya uang untuk membangun kilang, apalagi anggaran subsidi BBM sudah mencapai
Rp 300 triliun lebih dan ini untuk mengimpor BBM. Nah lho,,,gimana kalo sudah
begitu. Pemerintah tak ada dana.
Ckckckc….Alangkah lucunya negeri kita ini. Nasib Rakyat
dipertaruhkan karena ambisi Capital semata. UU Migas No. 22 tahun 2001 menjadi
tolok ukur penentu kebijakan. Walhasil produksi minyak dan gas bumi lebih
berpihak kepada penguasa asing. Finally, bisa dilihat saat ini RI pun kalah
dengan Myanmar. “Myanmar saja punya ketahanan energy atau stok BBM- nya
sebanyak 90 hari, Indonesia? Nol, tidak ada sama sekali,” Ungkap hanung,
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) di terminal Timbun BBM di
Pulau Sambu Kepulauan Riau, Rabu (12/2/2014). Nah tuch Sobat miris sekali kan
Negeri kita ini. Belum lagi ditambah permasalahan politik yang membelit
Indonesia- Singapura akhir- akhir ini. Kalau Indonesia sangat bergantung dengan
Singapura, sementara Negara pengimpor terbesar adalah Singapura. Apa jadinya
dengan RI, kalau Singapura Setop kirim Minyak. Menteri ESDM Susilo Siswoutomo
mengatakan, “5 hari kita bisa meninggal,”. Menurutnya apalagi hal itu terjadi
dalam kondisi perang, tank tempur dan kendaraan temmpur milik Indonesia tidak
akan bisa beroperasi dalam waktu yang lama. Tuch penting banget kan memiliki
ketahanan energy itu. Bagaimana menyelesaikan masalah ini???? Yuk kita kembali
pada Ekonomi Islam.
Sesungguhnya penyelesaian permasalahan BBM ini tidaklah begitu rumit dan sulit. Menjadi rumit dan sulit ketika tidak memahami akar permasalahan. Perlu diberikan suatu pemahaman kepada umat, bahwa ada dua jenis permasalahan yaitu permasalahan utama dan permasalahan sekunder. Permasalahan sekunder dapat terselesaikan dengan sendirinya apabila permasalahan utama sudah terselesaikan. Suatu ibarat (perumpamaan) ketika seseorang menangkap seekor ular, maka apabila ia menangkap ekornya, tentu kepalanya akan mematok dirinya. Namun bila sang penangkap ular paham dan sudah ahli, tentu yang pertama dilakukan adalah menangkap kepala ular, sehingga ekor dengan mudah ditangkap.
Demikian pula dengan menghadapi permasalahan manusia (umat), perlu kita mengetahui permasalahan manusia (umat), perlu kita mengetahui permasalahaan utama dari suatu kejadian, khususnya masalah BBM. Permasalahan BBM hanyalah hasil dari tidak terselesaikannya masalah utama yaitu tidak tegaknya hukum Islam di negeri ini. Untuk menegakkannya perlu suatu Institusi yang mampu menerapkan hukum Islam secara utuh yaitu khilafah Islamiyah”. Selain Khilafah Islamiyah, pembangunan karakter penguasa atau pemimpin yang berkepribadian Islam juga harus diwujudkan [1]. Melalui Khilafah Islamiyah itulah, Islam mengatur agar negara Khilafah memainkan peran spesifik di dalam ekonomi dan melarang individu menguasai benda yang tergolong kebutuhan pokok masyarakat. Dalam hal ini Negara memainkan peran secara langsung dalam memastikan agar barang yang esensial dikembangkan dan tersedia untuk masyarakat. Privatisasi sumber daya di Barat pada dekade 1980-an menyebabkan sejumlah sumber daya penting dikuasai perusahaan, yang kemudian melakukan kontol langsung terhadap benda- benda yang dikuasainya tersebut. Masyarakat zaman sekarang hidup di bawah kendali perusahaan multinasional yang mengatur seberapa banyak air, gas, listrik, dan minyak yang tersedia untuk masyarakat. Masalah semacam ini tidak akan muncul di dalam ekonomi Islam, dan dengan syarat pula tidak adanya ekonomi finansial, kegiatan hanya berlangsung dalam sektor riil saja![2]
Sehingga untuk lebih detailnya, Solusi Ekonomi Islam sebagai berikut:
Solusi
Taktis
1. Meninjau
ulang UU Migas No. 22 tahun 2001 yang lebih berpihak kepada penguasa asing
(Pasal 22: perusahaan yang mengeksplorasi wajib menyerahkan PALING BANYAK 25%
dari produksi minyak dan gas bumi). Aslinya tanpa ditinjau pun fakta telah berbicara, bahwa UU Migas sangatlah merugikan rakyat dan menguntungkan para kapital karena dengan itu mereka bebas mengeruk sebesar- besarnya kekayaan Indonesia. So ganti UU Migas dengan UU Ekonomi Islam Negara Khilafah. Di mana aturan main negara Khilafah adalah ketika terjadi tindak privatisasi maka negara tidak akan melegalkan begitu saja bahkan tidak akan memfasilitasinya dengan UU Migas seperti tersebut diatas. UU Ekonomi Islam Negara Khilafah akan berpatok pada kaidah umum yang telah ditetapkan kholifah dari tabani (adopsi) hukum yang dilakukannya yang bersumber dari 4 sumber hukum Islam yaitu Al- Qur'an, As- Sunnah, Ijma' dan Qiyas.
2. Memaksimalkan kemampuan sumber daya manusia
Indonesia khususnya untuk menguasai teknologi seperti teknologi eksplorasi dan
eksploitasi
3. Melakukan
penghematan pos- pos APBN dengan skala prioritas menjadi ukuran penggunaan
APBN, seperti pendidikan, kesehatan, dan industry teknologi tinggi. Jd, APBN bukan dibuat plesirannya dewan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Solusi
Strategis
1. Membangun
karakter penguasa yang memiliki kepribadian Islam yang tangguh
2. Membangun sebuah Institusi yang mampu
menerapkan sistem Islam secara komprehensif, yaitu khilafah Islamiyah. Sebuah
Negara yang pernah bertahan selama lebih kurang 1300 tahun lamanya.
y Yuk Belajar dan senantiasa belajar memahami Ekonomi Islam.
S SALAM PENERAPAN SISTEM EKONOMI ISLAM.
by: Mustanir Tsiqoh
by: Mustanir Tsiqoh
[1] Zulhelmy bin Mohd. Hatta, Isu- Isu Kontemporer Ekonomi dan Keuangan Islam-Suatu Pendekatan Institusional-,Bogor: Al- Azhar Press, 2013, hlm. 200
[2] Adnan
Khan, Kapitalisme di Ujung Tanduk: Tinjauan
atas krisis Global, Krisis Minyak, Krisis Pangan dan Bagaimana Sistem Ekonomi
Islam Mengatasinya. Pustaka Thariqul Izzah.
Posting Komentar